Isu mengenai penggunaan kecerdasan buatan (AI), khususnya AI pengembangan game, menjadi salah satu topik paling hangat di Gamescom Asia x Thailand Game Show baru-baru ini. Setelah keynote address oleh kreator Dead Space, Glen Schofield, yang membahas rencana penggunaan AI untuk “memperbaiki” industri, IGN berkesempatan mewawancarai veteran industri lainnya, Meghan Morgan Juinio, mengenai pandangannya terhadap praktik kontroversial ini. Praktik ini sebelumnya menuai kemarahan dari penggemar Call of Duty, tetapi juga dukungan besar dari eksekutif industri game seperti CEO EA, Andrew Wilson.
Meghan Juinio, yang merupakan mantan pengembang untuk seri populer God of War, menyatakan pandangan yang sangat positif. Ia berpendapat bahwa AI adalah kemajuan teknologi besar berikutnya yang sudah ada saat ini. Sebagai pemimpin di industri video game, menjadi tanggung jawab untuk menentukan tidak hanya apakah AI dapat digunakan, tetapi juga apakah AI “seharusnya” digunakan. Keputusan ini bersifat kasus per kasus, di mana apa yang berlaku untuk satu game belum tentu sama untuk game lain di masa depan.
Memahami AI dalam Pengembangan Game
Juinio membandingkan penggunaan AI pengembangan game generatif dengan konten yang dihasilkan secara prosedural, sebuah praktik yang telah menjadi bagian dari pengembangan game selama puluhan tahun. Ia mencontohkan SpeedTree, sebuah alat untuk menghasilkan pohon secara waktu nyata, yang telah digunakan sejak tahun 2002 untuk detail dedaunan di The Elder Scrolls IV: Oblivion.
Ia juga mengingat masa ketika para animator menolak penggunaan motion capture dan generasi prosedural untuk memadukan bingkai animasi daripada mengkunci secara manual. Baik aset yang dihasilkan secara prosedural maupun animasi telah lama menjadi praktik standar dalam pengembangan game. Juinio yakin bahwa AI generatif juga akan menemukan tempatnya dalam industri.
AI Bukan Solusi Tunggal untuk Biaya Game AAA
Ketika ditanya apakah peningkatan adopsi AI generatif dapat membantu mengurangi biaya pengembangan game AAA yang membengkak, Meghan Juinio AI dengan tegas menyatakan bahwa penggunaan AI dalam pengembangan game kemungkinan bukan solusi tunggal untuk pola penutupan studio reguler pasca-pandemi atau pecahnya gelembung game blockbuster.
Juinio tidak memandang ini sebagai skenario “pilih salah satu,” karena baginya, ukuran, skala, dan keindahan game bukanlah hal utama. Inti dari sebuah game, menurutnya, haruslah “menyenangkan.” Idealnya, cerita game haruslah fantastis, manusiawi, dan pemain dapat terhubung dengannya, sehingga menjadi pengalaman yang menyenangkan untuk dimainkan.
Meskipun visualnya indah dan musiknya imersif, Juinio percaya bahwa jika gameplay tidak bagus atau ceritanya tidak menarik, game tersebut tidak akan beresonansi dengan pemain sebanyak itu. Oleh karena itu, setidaknya untuk saat ini, ia tidak melihat AI menggantikan gameplay yang menyenangkan yang merupakan inti dari game seperti God of War. Pandangannya ini memberikan perspektif penting mengenai masa depan AI game.
Peran Vital Pengembang Manusia di Era AI
Meskipun Meghan Juinio AI yakin bahwa AI generatif dalam pengembangan game akan tetap ada, ia juga percaya bahwa AI tidak akan pernah bisa menyaingi “hati dan jiwa” yang hanya bisa berasal dari sentuhan manusia. Adopsi AI akan menjadi positif jika ada investasi yang sama besar pada para pengembang untuk membantu mereka mendapatkan hasil terbaik dari teknologi tersebut. Juinio menekankan bahwa pada akhirnya, pengembang game masih dibutuhkan untuk menciptakan ide-ide.
Sebagai contoh, cerita God of War sangatlah manusiawi dan didasarkan pada pengalaman manusia. Juinio tidak melihat bahwa hal ini akan hilang. Pandangan ini menyoroti pentingnya keseimbangan antara inovasi teknologi dan kreativitas manusia dalam masa depan AI game.
Perdebatan tentang AI generatif lebih besar daripada hanya aset dalam game. Awal bulan ini, pembuat Battlefield 6 (DICE) menyatakan bahwa saat ini tidak ada cara untuk menerapkan penggunaan AI generatif ke dalam pekerjaan sehari-hari tim pengembang mereka, meskipun teknologi yang sedang berkembang ini dianggap “sangat menggoda.” Bahkan, Nintendo pada awal Oktober mengeluarkan pernyataan sebagai tanggapan terhadap klaim seputar AI generatif, dengan CEO OpenAI, Sam Altman, menyebut video karakter berhak cipta Sora 2 sebagai “fiksi penggemar interaktif.” Ini semua menjadi bagian dari diskusi tentang AI pengembangan game.
Galeri Tampilan Game











Video Terkait
The First 26 Minutes of God of War Ragnarok PC Gameplay – 4K 60FPS Ultra Settings
